Senin, 30 Oktober 2017

aliran dalam islam

Macam-macam Aliran dalam Islam

 Aliran dalam Islam mulai tampak pada saat perang Siffin (37 H) khalifah 'Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah. Pada saat tentara 'Ali dapat mendesak tentara Mu'awiyah maka Mu'awiyah meminta diadakan perdamaian. Sebagian tentara 'Ali menyetujui perdamaian ini, dan sebagian lagi menolaknya. Kelompok yang tidak setuju ini akhirnya memisahkan diri dari 'Ali dan membentuk kelompok sendiri yang akhirnya terkenal dengan nama Khawarij. Mereka menganggap Ali, Mu'awiyah dan orang-orang yang menerima perdamaian ini telah berbuat salah (dosa besar) karenanya mereka bukan mukmin lagi dan boleh dibunuh. Masalah dosa besar ini kemudian menimbulkan 3 aliranteologi dalam Islam yaitu : Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah.1Masalah kepemimpinan ini kemudian menyebabkan munculnya kelompok yang menganggap yang berhak adalah 'Ali dan keturunannya (Syi'ah) dan kelompok yang berseberangan dengannya (Ahlus Sunnah wal Jama'ah).
Dan akibat pengaruh agama lain dan filsasat pada umat Islam maka muncullah kelompok yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkendak dan perbuatannya (Qadariyyah) dan kelompok yang berpendapat sebaliknya (Jabariyyah). Setelah itu banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam agama Islam.
Dalam tulisan yang singkat ini penulis akan berusaha menguraikan aliran-aliran Islam yang ada terutama yang ada di Indonesia dan pendapat-pendapat mereka. Pembagian aliran-aliran Islam pada zaman terdahulu.

Yang perlu diperhatikan disini, bahwa perselisihan yang terjadi pada masalah keyakinan pada umat Islam pada zaman dahulu tidaklah pada inti dari keyakinan (lubbul ‘aqidah),
tetapi masalah-masalah filsafat dan sama sekali tidak menyentuh inti keyakinan seperti keesaan Allah, Iman kepada para rasul dan hari akhir, iman kepada malaikat, dan bahwa yang diberitakan oleh Nabi Muhammad adalah benar.

Adapun masalah-masalah yang diperselisihkan adalah :
- Paksaan dan kebebasan untuk berkehendak atau berbuat (al-jabr wal-ikhtiyar),
- Pelaku dosa besar,
- Al-Quran adalah qadim atau hadits (baru).

Aliran-aliran keyakinan pada saat itu adalah : Khawarij, Syi'ah, Jabariyyah, Mu'tazilah, Murji-ah, dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Berikut ini akan kami sajikan secara singkat sejarah dan pendapat masing-masing kelompok tersebut..sebelumnya silahkan download
Ebook Aliran-aliran Dalam Islam ….. DI SINI Yaa ….. bukan DI SANA … xixixi
Yuck….!!  kita liat satu persatu :

1. Khawarij
Khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari kata kharijiy, yang berarti orang-orang yang keluar, mengungsi atau mengasingkan diri.
Asy-Syihristani mendefinisikan bahwa Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari Imam yang berhak yang telah disepakati oleh masyarakat. 2
Kelompok Khawarij yang pertama adalah Al- Muhakkimah (Syuroh/Haruriyyah) yaitu pengikut Ali yang memisahkan diri karena tidak setuju adanya perdamaian antara beliau dengan Muawiyah saat perang Siffin. Mereka ini menganggap Ali dan orang-orang yang
menyetujui perdamaian tadi adalah orang-orang kafir dan halal darahnya.
Kemudian Khawarij ini terpecah menjadi beberapa aliran, yang paling besar adalah
Al-Azariqoh, An-Najdah, Al-'Ajaridah, Ash-Shufriyyah, dan Al-Ibadiyyah. Aliran
terakhir ini yang paling moderat diantara aliran Khawarij dan masih terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan

Pendapat-pendapat mereka antara lain :
- Pelaku dosa besar adalah kafir
- Imam boleh dipilih dari suku apa saja asal ia sanggup
   menjalankannya.
- Keluar dari Imam adalah wajib apabila Imam tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
- Orang yang tidak sepaham dengan mereka bahkan anak istrinya boleh ditawan, dijadikan budak atau dibunuh (Al-Azariqoh) sedang menurut Al-Ibadiyah mereka bukan mukmin dan bukan kafir, karena itu boleh bermuamalat dengan mereka, dan membunuh
mereka adalah haram.
- Anak-anak orang kafir berada di neraka (Al-
   Azariqoh)
- Membatalkan hukum rajam karena tidak ada dalam Al-Quran (Al-Azariqoh)
- Surat Yusuf bukan termasuk al-Quran karena mengandung cerita cinta (Al-'Ajaridah)

2. Syi'ah
Sy'iah menurut bahasa berarti pengikut dan penolong, dan diucapkan untuk sekelompok manusia yang bersatu/berkumpul dalam satu masalah, dan kepada setiap orang yang menolong seseorang dan berhimpun membentuk suatu kelompok padanya.
Kemudian kata ini dipergunakan untuk kelompok yang menolong dan membantu khalifah 'Ali dan keluarganya, lalu menjadi nama khusus bagi kelompok ini. 3
Menurut Asy-Syihristaniy Syi'ah adalah kelompok yang mengikuti Khalifah 'Ali dan menyatakan kepemimpinannya baik secara nash ataupun wasiat yang adakalanya secara jelas ataupun samar, dan mereka berkeyakinan bahwa kepemimpinan (Imamah) tidak
keluar dari anak-anaknya, dan jika keluar darinya maka itu terjadi secara zalim atau sebab taqiyah darinya. 4
Para sejarawan berbeda pendapat akan awal munculnya Syi'ah, diantaranya :
- muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW (pendapat ulama Syi'ah)
- muncul bersamaan setelah wafatnya Rasulullah (Ahmad Amin)
- muncul pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan (Muhammad Abu Zahrah)
- muncul setelah terbunuhnya Utsman pada tahun 36 H (pendapat Orientalis Yulius W)
- muncul setelah terbunuhnya Al-Husein (Dr. Samiy An-Nasysyar)
- muncul di akhir abad pertama hijriyyah ( Dr. 'Irfan Abdul Humaid) 5
Menurut sebagian ahli sejarah madzhab ini disebarkan pertama kali oleh Abdullah bin Saba yaitu seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, dan hampir dibunuh oleh Ali. 6

3 Nasy-atusy Syi'ah, Prof. Dr. Maghfur Utsman, hal : 5
4 Al-Milal wan Nihal, hal : 146/juz 1
5 Nasy-atusy Syi'ah, Prof. Dr. Maghfur Utsman, hal : 14
6 Mengapa Kita Menolak Syiah, LPPI, hal 5

Dr. Fuad Mohammad Fachruddin membagi Syi'ah menjadi 4 macam aliran :
- Ekstrimis (al-Ghulatiyyah), sekarang sudah tidak ada lagi.
- Isma’iliyah dan cabang-cabangnya,.
Tersebar di India, Pakistan, Afrika Utara , Eropa dan Amerika.
- Zaidiyyah,
Tersebar di Yaman dan sekitarnya.
- 12 Imam (Itsna 'Asyariyyah/Imamiyyah),
Syi'ah yang paling banyak mempunyai pengikut di dunia tersebar di Iran, Irak, Lebanon, India, Pakistan dan bahkan di Arab Saudi serta negara-negara Teluk. Diperkirakan pengikutnya sekitar 120 juta orang.7
Pendapat-pendapat mereka :
- Mengkafirkan sahabat Nabi yang tidak mendukung Ali (kecuali Syiah Zaidiyah sekarang-pen)
- Kepemimpinan (Imamah) merupakan satu dari beberapa pokok keimanan.
- Memandang Imam Itu ma'shum (orang suci)
- Wajib adanya Imam yang tersembunyi (Al-Imam Al- Mastur)
- Al-Quran yang sekarang mengalami perubahan dan pengurangan, sedangkan yang asli berada di tangan Al-Imam Al-Mastur (Syi'ah Imamiyah)
- Tidak mengamalkan hadits kecuali dari jalur keluarga Nabi Muhammad (Ahli Bait), (kecuali madzhab Zaidiyyah-pen)
- Memperbolehkan taqiyah
- Tidak menerima ijma dan qiyas (kecuali madzhab Zaidiyyah-pen)
7 Sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam, hal : 57
- Wajib sujud di atas tanah atau batu (Syi'ah Imamiyah)
- Memperbolehkan nikah mut'ah (Syi'ah Imamiyah)
- Tidak melakukan shalat Jumat karena Imam yang asli tidak ada (Syi'ah Imamiyah)

3. Murji'ah
Murji'ah berasal dari kata Irja yang berarti menangguhkan. Kaum Murjiah yang muncul pada abad I Hijriyyah merupakan reaksi akibat adanya pendapat Syiah yang mengkafirkan sahabat yang menurut mereka merampas kekhalifahan dari Ali, dan pendapat Khawarij yang mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyah. Pada saat itulah muncullah sekelompok umat Islam yang menjauhkan dari pertikaian, dan tidak mau ikut
mengkafirkan atau menghukum salah dan menangguhkan persoalannya sampai dihadapan Allah SWT. Pada asalnya kelompok tidak membentuk suatu madzhab, dan hanya membenci soal-soal politik, tetapi kemudian terbentuklah suatu madzhab dalam ushuluddin yang membicarakan tentang Iman, tauhid dan lain-alin. Pemimpin dari kaum Murjiah adalah Hasan bin Bilal (152 H). 8
Kaum Murji'ah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Golongan moderat
Pendapat-pendapat mereka :
- Orang berdosa bukan kafir dan tidak kekal dalam neraka
b. Golongan Ekstrim
Pendapat-pendapat mereka :
8 I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal 180-181
- Orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir karena iman itu letaknya di dalam hati, bahkan meskipun melakukan ritual agama-agama lain.
- Yang dimaksud ibadah adalah iman, sedangkan shalat, puasa, zakat dan haji hanya            menggambarkan kepatuhan saja
- Maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman ( Al-Yunusiah)
- Menangguhkan hukuman orang yang berdosa di akhirat

4. Jabariyah
Jabariyah berasal dari kata jabr yang artinya paksaan.
Aliran ini ditonjolkan pertama kali Jahm bin Safwan (131 H), sekretaris Harits bin Suraih yang memberontak pada Bani Umayyah di Khurasan.
Meskipun demikian sebelumnya sudah ada dalam umat Islam yang membicarakan tentang hal ini seperti surat sahabat Ibnu Abbas dan seorang tabi-in al-Hasan al- Bashriy kepada penganut paham ini. 9
Pendapat-pendapat mereka :
- manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah
- Iman cukup dalam hati saja walau tidak diikrarkan dengan lisan 10

5. Qodariyah
Qodariyyah berasal dari kata qadr yang artinya mampu atau berkuasa.
9 Tarikh Madzhabil Islamiyyah, Abu Zahrah, hal 103/juz I
10 I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal 268-272
Pemimpin aliran ini yang pertama adalah Ma'bad al- Juhani dan Ghailan ad-Dimasyqiy. Keduanya dihukum mati oleh penguasa karena dianggap menganut paham yang salah.
Pendapat-pendapat mereka :
- Manusia sendirilah yang melakukan pebuatannya sendiri dan Tuhan tidak ada hubungan sama sekali dengan perbuatannya itu.

6. Mu'tazilah
Mu'tazilah berasal dari kata I'tazala yang berarti manjauhkan diri.
Asal mula kata ini adalah suatu saat ketika al-Hasan al- Bahsriy (110 H) sedang mengajar di masjid Basrah datanglah seorang laki-laki bertanya tentang orang yang berdosa besar. Maka ketika ia sedang berpikir menjawablah salah satu muridnya Wasil bin Atha' (131
H) menjawab : "Saya berpendapat bahwa ia bukan mukmin dan bukan kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya". Kemudian ia menjauhkan diri dari majlis al-Hasan dan pergi ketempat lain dan mengulangi pendapatnya. Maka al-Hasan menyatakan : Washil menjauhkan diri dari kita (I'tazal 'anna). 11
Pendapat-pendapat mereka :
- Orang Islam yang berdosa besar bukan kafir dan bukan mukmin tetapi berada di antara keduanya (al-Manzilah bainal manzilatain)
- Tuhan bersifat bijaksana dan adil, tidak dapat berbuat jahat dan zalim. Manusia sendirilah yang memiliki kekuatan untuk mewujudkan perbuatannya
perbuatannya, yang baik dan jahat, iman dan kufurnya, ta'at dan tidaknya.
11 Teologi Islam, Harun Nasution, hal: 40
- Meniadakan sifat-sifat Tuhan, artinya sifat Tuhan tidak mempunyai wujud sendiri di luar zat Tuhan
- Baik dan buruk dapat ditentukan dengan akal
- Al-Quran bukan qadim (kekal) tetapi hadits (baru/diciptakan)
- Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat nanti
- Hanya mengakui Isra Rasulullah ke Baitul Maqdis tetapi tidak mengakui Mi'rajnya ke langit
- Tidak mempercayai wujud Arsy dan Kursi Allah, Malaikat pencatat amal (Kiraman Katibiin), Adzab (siksa) kubur.
- Tidak mempercayai adanya Mizan (timbangan amal), Hisab (perhitungan amal), Shiratul Mustaqiim (Titian), Haud (kolam nabi) dan Syafa'at nabi di hari Kiamat.
- Siksaan di neraka dan kenikmatan di surga tidak kekal (ikut sebagian kelompok)

7. Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Kelompok ini disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena pandapat mereka berpijak pada pendapat-pendapat para sahabat yang mereka terima dari Rasulullah.
Kelompok ini disebut juga kelompok ahli hadits dan ahli fiqih karena merekalah pendukung-pendukung dari aliran ini.. Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah mulai dikenal pada saat pemerintahan bani Abbasy dimana kelompok Mu'tazilah berkembang pesat, sehingga nama Ahlus Sunnah dirasa harus dipakai untuk setiap manusia yang berpegang pada Al-Quran dan Sunnah. Dan nama Mu'tazilah dipakai untuk siapa yang berpegang pada ilmu kalam (theologische dialektik), logika dan rasio. 12
12 Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam, Dr. Fuad. MF hal :105
Ibnu Hajar al-Haitamiy menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah orang-orang yang mengikuti rumusan yang digagas oleh Imam Asy'ariy dan Imam Maturidi. 13
Pendapat-pendapat mereka :
- Hukum Islam di dasarkan atas Al-Quran dan al-Hadits
- Mengakui Ijmak dan Qiyas sebagai salah satu sumber hukum Islam
- Menetapkan adanya sifat-sifat Allah
- Al-Quran adalah Qodim bukan hadits
- Orang Islam yang berdosa besar tidaklah kafir

Aliran-aliran Islam berikutnya
Sebenarnya susudah munculnya aliran-aliran di atas, muncul banyak aliran Islam di dunia. Tetapi pada kesempatan ini kami hanya menyebutkan yang populer di Indonesia.

1. Wahabi
Pendiri gerakan ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1702-1787 M).
Dalam Munjid disebutkan bahwa tariqat mereka dinamai Al-Muhammadiyyah dan fiqih mereka berpegang pada madzhab Hanbali diseuaikan dengan tafsir Ibnu Taimaiyyah. 14
Pendapat-pendapat mereka :
- Tawassul, Istigozah adalah syirik
- Ziarah kubur hukumnya haram
- Menghisap rokok haram dan syirik
- Mengharamkan membangun kubah atau bangunan di atas kuburan
13 Fiqih Tradisionalis, KH. Muhyiddin Abdushshomad, hal 14
14 I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal :337
- Membagi tauhid menjadi dua : Tauhid Uluhiah dan Tauhid Rububiyyah
2. Bahai
Pendirinya adalah : Mirza Husein Ali Bahaullah (1892M)
Kepercayaan ini mulai timbul di kalangan Syiah Imamiyyah di Iran pada abad ke 19 M dengan munculnya Mirza Ali Muhammad (1852 M) yang mendirikan dirinya sebagai
al Bab (pintu) bagi kaum Syiah dan umat Islam lainnya untuk menghubungkan mereka dengan Imam yang lenyap dan ditunggu kehadirannya pada akhir zaman. Ia menyerukan untuk menyatukan agama Islam, Nasrani dan Yahudi sehingga menimbulkan kehebohan dan ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati di Tibriz tahun 1853 M. Salah satu muridnya Mirza Husein Ali Bahaullah kemudian mengaku sebagai wakil dari Mirza Ali Muhammad Al-Bab dan mengembangkan ajaranajarannya
sampai ia mati. Kelompok ini diusir oleh Kerajaan Syah Iran dan dilarang di Mesir, bahan Al- Azhar mengeluarkan fatwa bahwa aliran keluar dari Islam dan sudah tidak Islam lagi.
Aliran ini meluas ke Dunia Barat pada tahun 1980, dan pada tahun 1920 mengadakan pusat bahai yang kuat di Amerika. Dewasa ini bahai terdapat di lebih dari 260
kota dunia.
Pendapat-pendapat mereka :
- Menggabung agama Islam dengan Yahudi, Nasrani dan lainnya.
- Menolak Poligami kecuali dengan alasan dan tidak boleh dari dua istri.
- Shalat hanya sembilan rakaat dan kiblatnya Istana Bahaullah
- Melakukan puasa sebulan tapi hanya 19 hari
- Tidak melakukan shalat Jumat hanya shalat jenazah saja
- Melakukan haji dengan mengunjungi rumah Al-Bab, tempat ia dipenjarakan, dan rumah-rumah para pembesar
- Zakat harta sepertiga dan diberikan kepada dewan pengurus perkumpulan
- Riba diperbolehkan
- Jihad haram dilakukan
- Talak 19 kali Janda boleh menikah setelah membayar diyat (tanpa ‘iddah), duda tidak boleh kawin sebelum 90 hari.
- Kewarisan 9/60 untuk anak, 8/60 untuk suami, 7.60
untuk ayah, 6/60 untuk ibu, 1.60 untuk saudara perempuan, 3/60 untuk para guru. Selain mereka tidak dapat.
- Hukum atas perzinaan adalah membayar uang ke baitul mal
- Wanita mendapat warisan yang sama dengan lakilaki
- Tidak mempercayai hari akhirat

3. Ahmadiyah.
Pendirinya adalah Mirza Ghulam Ahmad.(1936-1908 M)
Ia lahir di Pakistan ditengah-tengah kelompok Syiah
Ismailiyyah. Pada tahun 1884 ia mengaku mendapat ilham dari Allah, kemudian pada 1901 mengaku dirinya menjadi nabi dan rasul, yang diingkari oleh kelompok Ahlus Sunnah dan kelompok Syi'ah seluruh dunia.
Ahmadiyah terbagi menjadi dua kelompok
a. Ahmadiyah Qadiyan : menganggap Mirza sebagai nabi
b. Ahmadiyah Lahore : menganggap Mirza sebagai mujaddid (pembaharu Islam)
Pendapat-pendapat mereka :
- Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi (Qadiyan)
- Orang Islam yang tidak sepaham adalah orang kafir
- Mengharamkan jihad

4. Jamaah Tabligh
Pendirinya : Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi.(1303-1363)
Kelompok ini aktif sejak 1920-an di Mewat, India.
Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. 15
Pendapat mereka :
- Mengembalikan Islam pada ajarannya yang kaffah (menyeluruh)
- Mengharuskan pengikutnya khuruj (keluar untuk berdakwah) 4 bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu.
- Menjauhi pembicaraan tentang fiqih, masalah-masalah politik, aliran-aliran lain dan perdebatan
- Keyakinan tentang keluarnya tangan Rasulullah dari kubur beliau untuk berjabat tangan dengan asy- Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i
- Hidayah dan keselamatan hanya bisa diraih dengan mengikuti tarekat Rasyid Ahmad al-Kanhuhi
15 Sebagian ulama wahabi menganggap kelompok ini sesat di antaranya :
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Dr. Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, Asy- Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Ibrahim Alusy, Muhammad Nashiruddin Al-Alban, Abdurrazzaq 'Afifi.
- Sikap fanatis yang berlebihan terhadap orang-orang shaleh dan berkeyakinan bahwa mereka mengetahui ilmu gaib
- Keharusan untuk bertaqlid

Kelompok-Kelompok Islam di Indonesia
Dalam pembahasan kali ini kami menggunakan nama
kelompok Islam untuk membedakannya dengan aliran Islam,
karena sebagian dari kelompok Islam ini merupakan suatu
organisasi yang mengikuti salah satu aliran di atas. Tetapi
karena banyaknya organisasi dan kelompok Islam di
Indonesia kami hanya menyebutkan sebagian saja dari
mereka.

1. Muhammadiyyah
Pemimpin : K.H. Achmad Dahlan (nama asli:Muhammad Darwis,1868-1923 M)
Pemimpin sekarang : Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin MA
Aktif mulai : 1912
Pendapat :
- Mengembalikan umat Islam pada agama Islam
yang sebenarnya yaitu kembali pada Al-Quran dan Hadits
- Mengikis habis bid'ah, kufarat, takhayul, dan klenik
- Membuka pintu ijtihad dan membunuh taqlid yang membabi buta

2. Nahdatul Ulama (NU)
Pemimpin : K. H. Hasyim Asy'ariy (1947 M)
Aktif sejak : 31 Januari 1926
Pemimpin sekarang : K.H. Hasyim Muzadi
Pendapat :
- Mempertahankan dan mengembangkan paham Ahlus Sunnah di Indonesia
- Menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam hal ini 4 Madzhab terbesar : Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali
- Dalam tasawuf mengikuti paham Abul Qasim Junaidi Al-Bagdadiy

3. Syi'ah
Aliran Syi'ah yang berkembang di Indonesia adalah Syi'ah Itsna 'Asyariyyah (Imamiyyah), dan mempunyai pengikut puluhan ribu dibawah bendera IJABI (Ikatan
Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang berpusat di Jakarta.
Menurut M. Yunus Jamil dan A. Hasymi kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah kerajaan Peureulak (Perlak) yang konon didirikan pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut pedagang muslim asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengislamkan penduduk setempat. Belakangan mereka mengangkat seorang Sayyid Mawlana Abd a-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi'ah, sebagai sultan Perlak 11. 16
Dalam salah satu wawancara Prof. Dr. K.H. Quraish Syihab menyatakan MUI menganggap bahwa Syiah adalah termasuk salah satu mazhab yang benar sebagaimana yang diakui oleh Rabithah Alam Islamy dan itu diakui oleh Al-Azhar. Bukti konkretnya, jamaah haji Syiah boleh masuk ke Masjidil Haram. Kalau mereka memang sesat, seharusnya tidak boleh masuk. 17
16 Sekilas Tentang Faham Syi'ah, Abdul Hayyi Al-Kattany, alkattany@softhome.net
17 MUI : Syiah bukan ajaran sesat, Majalah Syiar, 9 Desember 2007
Mungkin yang dimaksud adalah Syi'ah Zaidiyah karena ulama-ulamanya seperti Asy-Syaukaniy dan Ash- Shan'aniy diakui sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bukan Syiah Imamiyyah karena banyak pendapat mereka
tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

4. Jama'ah Tabligh
Jama'ah Tabligh Di Indosesia berkembang sejak l952,
dibawa oleh rombongan dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai marak pada awal 1970- an. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat aktivitasnya. Tak jelas berapa jumlah mereka, karena secara statistik memang susah dihitung. Tetapi yang
jelas, mereka ada di mana-mana di seluruh penjuru Nusantara. 18

5. Majlis Tafsir Al-Quran
Pendiri : Abdullah Toufel Saputra
Aktif : 19 September 1972.
Pemimpin sekarang : Drs. Ahmad Sukina.
Kelompok ini tersebar di Indonesia dan untuk saat ini memiliki 130 cabang .
Pendapat :
- Mengembalikan umat Islam pada Al-Quran dan Hadits
- Mengikis bid'ah dan khufarat di umat Islam

6. Front Pembela Islam
Pemimpin pertama : KH Cecep Bustomi
Pemimpin sekarang : Habib Rizieq Syihab
Aktif sejak : 17 Agustus 1998
Pendapat :
- berakidah ahlussunnah wal jamaah
18 Sekilas Tentang Jama'ah Tabligh, Isnet.com

7. Hizbut Tahrir
Pendiri : Syekh Taqiyuddin An-Nabhahani
Berdiri : 1953 di Al-Quds, Jerussalem sebagai partai politik Islam
Pemimpin pertama : Abdurahman Albagdadi
Aktif sejak : 1982-1983
Pendapat :
- Menggagas terbentuknya negara Islam sedunia alias khilafah islamiyah
- Demokrasi itu tidak Islami, .karena demokrasi adalah kedaulatan itu di tangan rakyat. Implikasinya hak membuat hukum ada di tangan rakyat, bukan di tangan Allah. Jika demikian. Maka demokrasi itu bertentangan dengan Islam yang mengakui hak membuat hukum itu hanya milik Allah.

Aliran-aliran yang dianggap sesat di Indonesia
Sesat yaitu setiap yang menyimpang dari jalan yang dituju (yang benar) dan setiap yang berjalan bukan pada jalan yang benar, itulah kesesatan. Yang dimaksud dengan aliran sesat adalah aliran yang menyimpang dari jalan kebenaran yang ditunjukkan oleh
agama.
Kebenaran yang dimaksud adalah firman Allah :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. 19
Dan Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
19 S. Al-Ahzab : 36
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. 20
Dan sabda Rasulullah SAW :
“Aku tinggalkan 2 perkara yang dengannya kamu tidak akan
tersesat : Kitab Allah dan sunnahku”.21
Dan beliau bersabda pula:
“Dan sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72
golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan,
semuanya berada di neraka kecuali satu golongan. Para
sahabat pun bertanya : Siapa mereka ya Rasulullah ? Yaitu
(golongan yang berpegang kepada) perkara yang aku dan
sahabat-sahabatku berpegang kepadanya.” 22
Dari firman Allah dan sabda Rasulullah dapat disimpulkan bahwa aliran yang sesat itu adalah aliran yang tidak mengikuti Al-Quran, Hadits (Sunnah), dan jalan yang ditempuh oleh mayoritas umat Islam (Ijmak).
Berikut kriteria aliran sesat yang dikemukakan MUI tahun 2007
1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6.
2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Quran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Quran.
5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan  kaidah-kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.
20 S. An-Nisa : 115
21 HR Ad-Daraquthniy no:4559, al-Hakim no:319, al-Baihaqiy
22 HR Tirmidiy no:2631,2640, Abu Dawud no:4569, Ahmad no : 12229, Ibnu Majah no:3992
7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokokpokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, shalat wajib tidak 5 waktu.
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

1. Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII) /Islam Jamaah
Pendiri : Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad (1915-1982).
lahir di Desa Bangi, Kec. Purwoasri, Kediri, Jawa Timur.
Aktif sejak : 1970
Pemimpinnya sekarang : Dr. H. Ahmad Sumarno, M.M, Ph.D.
Paham yang dianut oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama’ah/Darul Hadits.
Larangan Jaksa Agung RI: 1971
Fatwa MUI : 2005
Pendapat-pendapat mereka:
- Al-Qur’an dan As-Sunnah baru sah diamalkan kalau manqul (keluar dari mulut imam atau amirnya)
- Orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan najis.
- Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, boleh ditebus dengan uang oleh anggota ini.
- Infak mutlak wajib 10% dari penghasilan apapun
- wajibnya/dilembagakan taqiyah
- Nurhasan Ubaidah Lubis Amir (Madigol) itu lebih tinggi derajatnya dan lebih berat bobotnya dari pada manusia sedunia, maka wajiblah para jama’ah bersyukur kepada sang amir, sebab dengan adanya sang amir maka jama’ah pasti masuk surga.

2. Negara Islam Indonesia (NII) KW-9 / Az-Zaitun
Pendiri NII : Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo,
Aktif sejak : 7 Agustus 1949 , di Tasikmalaya Jawa Barat
Pemimpin NII KW-9 : Abu Toto Syekh Panjigumilang
Fatwa sesat MUI: 2003
Pada tahun 1980-an ketika diadakan musyawarah tiga wilayah besar (Jawa Barat, Sulawesi, dan Aceh) di Tangerang Jawa Barat, diputuskan bahwa Adah Djaelani
Tirtapradja diangkat menjadi Imam NII. Lalu ada pemekaran wilayah NII yang tadinya 7 menjadi 9, penambahannya itu KW VIII (Komandemen Wilayah VIII) Priangan Barat (mencakup Bogor, Sukabumi, Cianjur), dan KW IX Jakarta Raya (Jakarta, Tangerang,
Bekasi). Pada dekade 1990-an KW IX dijadikan sebagai Ummul Quro (ibukota negara) bagi NII, dan pemerintahan dipegang Abu Toto Syekh Panjigumilang (yang juga Syekh Ma’had Az-Zaitun, Desa Gantar,
Indramayu, Jawa Barat) pada tahun 1992. Penyelewengannya terjadi ketika pucuk pimpinan NII dipegang Abu Toto. Ia mengubah beberapa ketetapan ketetapan Komandemen yang termuat dalam kitab PDB (Pedoman Dharma Bakti).
Pendapat-pendapat NII KW-9 :
- Harta orang selain NII boleh dirampas dan dianggap halal sebgai harta fa'i dan ghanimah
- Dengan pemahaman teori kondisi perang, maka shalat bisa dirapel, artinya dari mulai shalat zuhur sampai dengan shalat subuh dilakukan dalam satu waktu, masing-masing hanya satu rakaat.
- Dalam puasa sesudah terbit matahari pun masih boleh sahur, sedang jam 5 sore sudah boleh berbuka.
- Wajib bagi setiap jamaah mencari satu orang tiap harinya untuk dibawa tilawah. Lalu diarahkan agar hijrah dan berbaiat sebagai anggota NII. Karena dengan baiat maka seseorang terhapus dari dosa masa lalu, tersucikan diri, dan menjadi ahli surga. Untuk itu peserta ini harus mengeluarkan shadaqah hijrah yang besarnya tergantung dosa yang
dilakukan.
- Menghalalkan segala cara untuk bisa berinfak ke organisasi.
- Mengancam anggota yang mundur.

3. Salamullah
Pendirinya Lia Aminuddin,
Aktif sejak : 1995, di Jakarta.
Fatwa sesat MUI : 1997
Pendapat-pendapatnya :
- Lia mengaku bertemu Jibril, kemudian sebagai Bunda Maria, dan akhirnya sebagai Jibril
- Anaknya Ahmad Mukti sebagai jelmaan roh Nabi Isa as.
- Imam besar Salamullah Abdul Rahman, sebagai jelmaan Nabi Muhammad saw.
- Mempunyai kitab sendiri yang berjudul Ruhul Kudus.

4. Al-Qiyadah Al-Islamiyah
Pendiri : Ahmad Mushaddeq
Aktif sejak : 2001
Fatwa sesat MUI : 2007
Pendapat-pendapatnya :
- Mushaddeq adalah Rasul menggantikan Nabi Muhammad SAW bergelar Al-Masih Al-Mau'ud.
- Menganggap musyrik orang diluar Al-Qiyadah
- Tidak menjalankan rukun Islam kecuali shalat sekali dalam satu malam

5. Jemaah Ngaji Lelaku
Pendiri : Yusman Roy
Aktif sejak : 2005, di Lawang, Jawa Timur
Fatwa sesat MUI : 2005
Pendapatnya :
- Shalat dengan menggunakan dua bahasa

6. Al-Qur'an Suci
Fatwa sesat MUI: belum ada
Pendapat-pendapatnya :
- Tidak mengakui hadits.
- Tidak melakukan kewajiban dalam rukun Islam.
- Memisahkan jamaah dari keluarganya.
- Menghalalkan bersetubuh dengan keluarga dekat meski tanpa ikatan pernikahan
- Imam tertinggi dalam kelompok tersebut sebagai rasul
- Tidak wajib wudhu sebelum shalat

7. Ingkar Sunnah
Ada tiga jenis kelompok Inkar Sunnah.
a. Kelompok yang menolak hadits-hadits Rasulullah SAW secara keseluruhan
b. Kelompok yang menolak hadits-hadits yang tak disebutkan dalam al-Qur’an secara tersurat ataupun tersirat.
c. Kelompok yang hanya menerima hadits-hadits mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang setiap jenjang atau periodenya, tak mungkin mereka
berdusta) dan menolak hadits-hadits ahad (tidak mencapai derajat mutawatir) walaupun shahih.
Pemimpinnya di Indonenesia : Irham Sutarto.
Inkar Sunnah di Indonesia muncul tahun 1980-an
Fatwa sesat MUI : 1983 .
Pendapatnya :
- Tidak mempercayai hadits Nabi saw sebagai landasan Islam

8. Isa Bugis
Pemimpin : Isa Bugis (1926)di Aceh Pidie tahun 1926
Aktif : sejak 1980 di Rawamangun, Jakarta
Fatwa Sesat : Departeman Agama RI 1972
Pendapat-pendapat mereka :
- Mengartikan Al-Qur’an semaunya, tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw, misalnya, Al-Fiil
yang artinya gajah menjadi meriam atau tank baja.
- Tidak percaya mukjizat, dan menganggap mukjizat tak ubahnya seperti dongeng
- Nabi Ibrahim menyembelih Ismail itu dianggapnya dongeng belaka.
- Tafsir Al-Qur’an yang ada sekarang harus dimuseumkan, karena salah semua.
- Al-Qur’an bukan Bahasa Arab, maka untuk memahami Al-Qur’an tak perlu belajar Bahasa Arab.
- Lembaga Pembaharu Isa Bugis adalah Nur, sedang yang lain adalah zhulumat, maka sesat dan kafir.
- Air zam-zam adalah air bekas bangkai,
- Ka`bah adalah berhala
- Nabi Muhammad SAW adalah pembangkit imperialisme Arab.
- Ilmu-ilmu tauhid, fiqih dan sejenisnya menurutnya adalah syirik
- Agama itu akal
- Juru dakwah dari negeri arab yang menyebarkan agama Islam ke berbagai negeri disebutnya sebagai orang-orang yang mabuk yang haus darah dan harta.

9. Ahmadiyah
Pemimpin: Mirza Ghulam Ahmad (1835-1906)
Aktif: Sejak 1889 di Pakistan, masuk Indonesia 1924
Fatwa sesat MUI: 1980 dan 2005

10. Baha'i
Pendiri : Bahaullah / Mirza Husein Ali (1917 – 1892),

11. Jaringan Islam Liberal
Pemimpin : Ulil Abshar Abdalla
Aktif : sejak 2001
Fatwa sesat MUI : 2007
Pendapat-pendapat mereka
- Menyamakan semua agama, semuanya menuju jalan kebenaran
- Menganggap hukum islam itu zalim sehingga bila diterapkan syari'at Islam yang pertama jadi korban adalah kaum wanita
- Mereka menggugat kebenaran Islam karena kata mereka kebenaran agama itu relatif, dan mengajak melihat kebenaran pada agama lain.
- Vodka (sejenis minuman keras) bisa dihalalkan di Rusia karena daerahnya sangat dingin
- Menganggap Al-Quran sebagai produk budaya dan mengajak mengadakan studi kritik akan keaslian Al-Quran

12. Al-Quran Suci
Fatwa sesat MUI: 2007
Pendapat-pendapat mereka :
- Tidak mengakui hadits.
- Tidak melakukan kewajiban dalam rukun Islam.
- Memisahkan jamaah dari keluarganya.
- Memperbolehkan berzina dengan iparnya

13. Mahesa Kurung
Pemimpin : As-Sayyid al-Habib Faridhal Attros al- Kindhy
Aktif sejak : 1984
Fatwa sesat MUI: 2006
Alasan : Menyebarkan kemusyrikan

14. Wahidiyyah
Pemimpin : Abas
Fatwa Sesat MUI Tasikmalaya
Pendapat –pendapat mereka :
- Ghauts Hadza Zaman punya kewenangan menanamkan dan mencabut iman seseorang.
- Sosok Mbah Abdul Majid dianggap sebagai juru selamat bagi umat di zaman sekarang

15. Islam sejati
Pemimpin : Heri dan Akhyari
Fatwa Sesat MUI Banten : 2007
Pendapat :
- Menyembah Tuhan dengan bersujud menghadap ke empat arah penjuru angin

16. Ahmad Sayuti (Nabi Palsu)
Pemimpin : Ahmad Sayuti
Fatwa Sesat MUI : 2007
Pendapat :
- menganggap dirinya sebagai nabi yang diutus Allah dan Nabi Muhammad bukan nabi terakhir
- Al-Quran adalah kitab hukum bahasa Arab peninggalan Nabi Muhammad putra Abdullah yang ditulis oleh para sahabatnya atas perintah Muhammad.
- Mengaku kalau Al-Quran turun pada tahun 1993 saat dirinya mendapatkan wahyu
- Menganggap tafsir Al-Quran selama ini hanya kebohongan belaka
- Kitab hadis Bukhori hanya kitab bohong yang isinya bukan perkataan Nabi Muhammad

17. Darul Arqam
Pemimpin : Syeikh Suhemi
Fatwa sesat MUI: 1994
Pendapat :
- Aurad Muhammadiyah Darul Arqam diterima secara langsung oleh Syekh Suhaemi, tokoh Darul Arqam,
dari Rasulullah SAW di Ka'bah dalam keadaan terjaga.

Selain aliran-aliran ini masih banyak aliran yang dianggap sesat, misalnya : Al-Quran Hijau, Al-Haq, Amanat Keagungan Ilahi, Bumi Segandu, Hidup dibalik Hidup, dan lain-lain.
Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat ( Pakem) selama 1980 hingga 2006 mencatat adanya 250 ajaran sesat di Indonesia.

Selasa, 10 Oktober 2017

politik islam dan politik jahiliyyah

Politik Islam dan Politik Jahiliyyah



Dalam buku Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menulis: ”Jadi politik itu terbagi menjadi dua macam: politik syar’i (politik Islam) dan politik non syar’i (politik non Islam). Politik syar’i berarti upaya membawa semua manusia kepada pandangan syar’i dan khilafah (sistem pemerintahan Islam) yang berfungsi untuk menjaga agama (Islam) dan urusan dunia. Adapun politik non syar’i atau politik versi manusia adalah politik yang membawa orang kepada pandangan manusia yang diterjemahkan ke undang-undang ciptaan manusia dan hukum lainnya sebagai pengganti bagi syari’at Islam dan bisa saja bertentangan dengan Islam. Politik seperti ini menolak politik syar’i karena merupakan politik yang tidak memiliki agama. Sedangkan politik yang tidak memiliki agama adalah politik jahiliyah.”

Semenjak tahun 1924 ummat Islam tidak lagi hidup di bawah naungan sistem Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. Bahkan di berbagai penjuru dunia Islam dideklarasikan berdirinya negara-negara dengan konsep nation-state (negara-kebangsaan). Mulailah kaum muslimin mengekor kepada negara-negara kafir yang mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan keanekaragaman suku dan bangsa. Sebelumnya ketika Khilafah Islamiyyah masih tegak ummat Islam hanya memahami manusia berdasarkan pembagian yang Allah gambarkan di dalam Al-Qur’an, yaitu manusia beriman (Al-Mu’minun) dan manusia kafir (Al-Kafirun).

Ketika Khilafah masih tegak ummat Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara urusan agama dengan berbagai urusan kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada pemisahan antara kehidupan beragama dalam tataran kehidupan individual maupun sosial. Namun semenjak faham negara-aqidah dihapuskan lalu diganti dengan ideologi nasionalisme mulailah kaum muslimin mengalami pergeseran tolok ukur. Aqidah Islam yang sebelumnya dijadikan sebagai perekat utama masyarakat dilokalisir menjadi sebatas keyakinan individual muslim.

Sedangkan masyarakat diarahkan untuk menjadikan etnisitas kebangsaan sebagai perekat kehidupan sosial. Seolah agama hanya berlaku dalam tataran pribadi, sedangkan dalam tataran sosial agama harus dikesampingkan. Kemudian muncullah ajaran primordial kebangsaan yang menggantikan agama sebagai identitas dan perekat sosial.

Dalam buku Petunjuk Jalan bab Tumbuhnya Masyarakat Islam dan Ciri Khasnya, Sayyid Qutb menulis: ”Sesungguhnya dakwah Islam yang dibawa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan mata rantai terakhir dari rangkaian dakwah dan seruan ke jalan Islam yang telah berjalan lama di bawah pimpinan para Rasul dan utusan-utusan Allah yang mulia. Dakwah ini di sepanjang sejarah wujud manusia mempunyai sasaran dan tujuan yang satu. Yaitu, membimbing manusia untuk mengenal Ilah mereka yang Maha Esa dan Yang Maha Benar, agar mereka menyembah dan mengabdi hanya kepada Ilah Yang Maha Esa dan mengubur segala penuhanan terhadap sesama makhluk.

Seluruh umat manusia kecuali segelintir orang saja, tidak ingkar dengan dasar ketuhanan dan tidak menafikan wujudnya Tuhan; tetapi mereka salah pilih dalam hal mengenal hakikat Tuhan yang benar. Mereka menyekutukan Tuhan yang benar dengan tuhan-tuhan yang lain. Bisa dalam bentuk ibadat dan akidah, atau pun dalam bentuk ketaatan di bidang pemerintahan dan kekuasaan.

Dua bentuk itu adalah SYIRIK yang bisa menyebabkan manusia keluar dari agama Allah. Padahal para Rasul sudah mengenalkan Allah swt. kepada mereka. Tapi, mereka mengingkariNya setelah berlalu beberapa masa dan generasi. Mereka pun kembali ke alam jahiliyah, kemudian kembali mensyirikkan Allah, baik dalam bentuk akidah dan ibadat, atau dalam bentuk ketaatan di bidang pemerintahan, atau pun di dalam dua bentuk itu sekaligus.

Inilah dia tabiat dakwah ke jalan Allah di sepanjang sejarah umat manusia. Ia mempunyai tujuan dan sasaran yang satu yaitu “ISLAM (MENYERAH)” di dalam pengertian penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan diri dan kepatuhan para hamba kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, menarik umat manusia keluar dari mengabdikan diri kepada sesama hamba Allah, kepada suasana menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, membawa mereka keluar dari sikap patuh dan tunduk kepada sesama hamba Allah di dalam urusan peraturan hidup dan pemerintahan, nilai-nilai dan kebudayaan, untuk bersikap patuh dan tunduk kepada kekuasaan pemerintahan dan peraturan Allah saja di dalam semua urusan hidup.”

Untuk inilah Islam datang melalui Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagaimana ia datang melalui para Rasul sebelum beliau. Ia datang untuk membawa umat manusia patuh kepada kekuasaan dan pemerintahan Allah seperti seluruh alam ini berjalan mengikuti landasan peraturan Allah.”

Sebuah masyarakat Islam berbeda samasekali dari masyarakat Jahiliyyah. Masyarakat Islam berdiri di atas fondasi aqidah La Ilaha Illa Allah, keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji, memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan loyalitas total. Penghambaan kepada Allah bukan tercermin dalam urusan ibadah ritual-formal belaka. Tetapi ia juga tercermin dalam aspek nilai-nilai moral serta hukum-hukum pribadi maupun sosial yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.




Sedangkan sebuah masyarakat Jahiliyyah berdiri di atas fondasi bahwa sesama manusia pantas untuk dipuji, dipuja, dimintai pertolongannya, diserahkan kepatuhan dan loyalitas kepadanya. Oleh karenanya di dalam masyarakat seperti ini akan selalu hadir para thaghut, yaitu fihak yang sedikit saja memperoleh kekuasaan lalu berlaku melampaui batas sehingga menuntut ketaatan dari para rakyatnya, pengikutnya, muridnya, bawahannya. Dalam sejarah kemanusiaan Allah abadikan di dalam AlQur’an gambaran sosok thaghut paling ideal yaitu Fir’aun. Fir’aun telah sedemikian rupa berlaku sombong sehingga sampai hati memproklamirkan dirinya di hadapan rakyat Mesir yang ia pimpin dengan kalimat: ”Akulah tuhan kalian yang Maha Mulia.”

Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”. (QS AnNaziat ayat 21-24)

Itulah sebabnya mengapa segenap para Nabi dan Rasul utusan Allah menyampaikan suatu seruan universal yang berlaku sepanjang zaman. Yaitu seruan kepada umatnya masing-masing agar menyembah Allah semata dan menjauhkan diri dari para thaghut.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS An-Nahl ayat 36)



Politik Islam adalah politik syar’i. Ia merupakan politik yang berlandaskan konsepsi mendasar aqidah Islamiyyah, yaitu La Ilaha Illa Allah, keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji, memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan loyalitas total. Politik Islam pasti akan menghantarkan masyarakat untuk membentuk diri menjadi masyarakat Islam. Sedangkan politik jahiliyyah merupakan politik yang tidak syar’i. Politik jahiliyyah akan menghasilkan tumbuhnya sebuah masyarakat jahiliyyah lengkap dengan suburnya eksistensi para thaghut di dalamnya. Politik seperti ini akan menyebabkan manusia sadar tidak sadar menghamba kepada sesama manusia.

Mengomentari kondisi realita umat Islam dewasa ini semenjak tidak lagi hidup di bawah naungan sistem Khilafah Islamiyyah yang telah runtuh 85 tahun yang lalu, maka Said Hawwa dalam kitabnya Jundullah menulis:Akibatnya, hilanglah Islam dari kehidupan manusia secarahampir sempurna. Hilanglah sistem politiknya, dan hilanglah konsepnya dari umat, untuk digantikan dengan konsep nasionalisme. Konsepnya hilang dari negara, untuk digantikan dengan konsep lain. Juga hilang dari ruang pengadilan, untuk digantikan yang lain. Syariatnya hilang digantikan dengan perundangan lain. Konsepnya hilang dari ruang-ruang permusyawaratan, untuk digantikan konsep demokrasi Timur atau Barat. Konsepnya hilang dari kekuasaan eksekutif untukdigantikan dengan konsep jahiliah secara total. Konsepnya hilang dari partai-partai yang Rabbani untuk digantikan oleh sistem kepartaian jahiliah.”

Saudaraku, marilah dengan penuh kesabaran kita meniti kembali jalan perjuangan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat ketika mereka masih tertindas di kota Mekkah sebelum hijrah ke Madinah. Marilah kita pelajari kembali bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat berjuang tanpa sedikitpun berfikir untuk berkompromi dengan sistem jahiliyyah dan para thaghutnya ketika mereka masih lemah sekalipun. Sebab mereka hanya punya satu cita-cita, yaitu mengembalikan hati manusia ke dalam pangkuan aqidah kalimat tauhid dimana manusia diajak untuk hanya menghamba kepada Allah dan tunduk kepada syariatNya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat tidak pernah sejenakpun bertoleransi dengan aqidah kemusyrikan dan tunduk kepada sistem jahiliyyah yang berlaku, betapapun resikonya mereka terpaksa mengalami berbagai ujian, tekanan, penyiksaan, penindasan bahkan pembunuhan.

Saudaraku, bagaimanapun kita perlu memahami bahwa Politik Islam tidaklah sama dengan Politik Jahiliyyah. Berbeda satu sama lain dalam hal landasan keyakinannya, semangatnya, fikrah-ideologinya, sistem pembentukannya, budayanya, tingkah-laku para pelakunya. Yang jelas, keduanya sangat berbeda secara fundamental dalam hal siapa yang dijadikan pusat kesetiaan, penghambaan dan ketergantungan. Politik Islamsejak hari pertama telah memproklamirkan dirinya sebagai sebuah mega-proyek untuk pembebasan manusia dari penghambaan sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata. Sedangkan Politik Jahiliyyah menjadikan sesama manusia sebagai tempat menyerahkan loyalitas, ketaatan dan ketergantungan sehingga suburlah di dalamnya para thaghut…!!

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu adalah batil dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya. Amin.-

Senin, 28 Agustus 2017

sejarah peradaban islam

Sejarah Peradaban Islam di Dunia


Sejarah Peradaban Islam di Dunia - Rasulullah saw bersabda: "Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam; dan apabila mereka meninggalkan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar, maka akan diharamkan keberkahan wahyu; dan apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam pandangan Allah."

"Hampir tiba suatu masa dimana berbagai bangsa/kelompok mengeroyok kamu, bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni hidangan mereka." Seorang sahabat bertanya: "Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?" Nabi SAW menjawab: "(Tidak) Bahkan jumlah kamu pada hari itu sangat banyak (mayoritas), tetapi (kualitas) kamu adalah buih, laksana buih di waktu banjir, dan Allah mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan menanamkan penyakit "al wahnu". Seorang bertanya, "Apakah al wahnu itu Ya Rasulallah?" Rasulullah menjawab: "Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud).
Sejarah peradaban islam pdf 
Makalah sejarah peradaban islam 
Sejarah peradaban islam pada masa khulafaur rasyidin 
Pengertian sejarah peradaban islam 
Sejarah peradaban islam di dunia 
Sejarah peradaban islam pada masa nabi muhammad 
Tujuan mempelajari sejarah peradaban islam 
Buku sejarah peradaban islam

Al-Quran dan Kehancuran Peradaban
Beberapa ayat al-Quran memberikan penjelasan tentang kehancuran suatu bangsa. Penjelasan al-Quran ini sangatlah penting untuk menjadi pelajaran, khususnya bagi kaum Muslimin, agar mereka tidak mengulang kembali tindakan-tindakan yang dilakukan oleh umat terdahulu, yang dapat menghancurkan peradaban mereka.

Allah SWT berfirman:
"Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri" (QS Al A'raf:96)

Maka apabila mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba (sekonyong-konyong), maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa. (QS al-An'am:44).

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepatutnya berlaku keputusan Kami terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS al-Isra':16)

Ayat-ayat dalam al-Quran yang menjelaskan tentang kehancuran suatu negeri itu bercerita, bahwa kehancuran suatu kaum berhubungan dengan hal-hal: (1) sikap kaum yang melupakan peringatan Allah SWT, sehingga mereka lupa diri dan hidupnya dihabiskan untuk sekedar mencari kesenangan demi kesenangan (hedonisme). Hal ini juga disebutkan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 24. (2) tindakan elite-elite atau pembesar masyarakat yang melupakan Allah SWT dan membuat kerusakan di muka bumi. Apabila di dalam suatu peradaban sudah tampak dominan adanya para pembesar, tokoh masyarakat, orang-orang kaya yang bergaya hidup mewah, atau sesiapa saja yang bermewah-mewah dalam hidupnya, maka itu pertanda kehancuran peradaban itu sudah dekat.

Akan tetapi, dari kedua hal tersebut, inti dari kehancuran peradaban atau bangsa, adalah kehancuran iman dan kehancuran akhlak. Apabila iman kepada Allah SWT sudah rusak, maka secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan Allah SWT. Rasulullah saw berkata:
"Apabila perzinahan dan riba sudah melanda suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah menghalalkan turunnya azab Allah atas mereka sendiri." (HR Thabrani dan al-Hakim).

Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi. Dan Allah SWT menganjurkan kaum Muslimin agar mengambil pelajaran (hikmah) dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut. "Maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana hasilnya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul Allah SWT) (QS an-Nahl:36)

Sebagai misal, Kaum 'Ad, telah dihancurkan oleh Allah SWT karena berlaku takabbur dan merasa paling berkuasa dan paling kuat. Mereka merasa tidak ada lagi yang dapat mengalahkan mereka, sehingga mereka berkata: "Siapa yang lebih hebat kekuatannya dari kami?" (QS Fusshhilat:15). Begitu juga kehancuran yang menimpa Fir'aun, Namrudz, dan sebagainya. Di masa Rasuullah saw, kaum Muslim yang jumlahnya sangat besar dan berlipat-lipat daripada kaum kuffar, hampir saja dikalahkan dalam Perang Hunain (QS at-Taubah: 25).

Sejarah juga mencatat, bagaimana Peradaban Islam di Spanyol yang sangat agung dan sudah bertahan selama 800 tahun (711-1492) dapat dihancurkan dan akhirnya kaum Muslimin dimusnahkan dari bumi Spanyol. S.M. Imamuddin menyebutkan beberapa faktor penyebab kehancuran peradaban Islam di Spanyol. Yang terpenting adalah adanya perpecahan dan kecemburuan antar suku. Bahkan ada beberapa penguasa Muslim di Spanyol, seperti Ma'mun dari Toledo dan Dinasti Nasrid, mendapatkan kekuasaan dengan bantuan kekuatan Kristen untuk menghancurkan kekuatan Muslim lainnya.1 Sejarah jatuhnya Palestina ke tangan Zionis Yahudi juga boleh dijadikan pelajaran bagi kaum Muslimin. Bagaimana suatu kaum Yahudi yang minoritas dari segi jumlah tetapi dapat mengalahkan kaum Muslim yang sangat besar.

Kehancuran dan kejatuhan berbagai kaum, negeri, bangsa, dan peradaban, inilah yang sepatutnya direnungkan secara mendalam dan sungguh-sungguh oleh kaum Muslimin, khususnya para ulama dan cendekiawan Muslim di wilayah Peradaban Melayu. Apakah gejala-gejala kehancuran suatu negeri atau peradaban seperti yang disebutkan dalam al-Quran dan pernah terjadi dalam sejarah manusia sudah ditemukan dalam wilayah peradaban Melayu? Kalau gejala-gejala itu sudah ada, bagaimana cara menghindarkannya?

Yang jelas, jatuh bangunnya suatu peradaban, pada dasarnya tergantung pada kondisi manusia-manusia dalam peradaban itu sendiri. Kekalahan dan kehancuran suatu peradaban adalah disebabkan oleh tindakan mereka sendiri, yang menciptakan "kondisi layak kalah" (al-qabiliyyah lil-hazimah). Allah SWT menegaskan:

"Yang demikian itu karena Allah sekali-kali tidak akan mengubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (QS al-Anfal:53).

Kebangkitan Islam: Belajar dari Kasus Perang Salib
Belum lama ini buku Hakadza Zhahara JÄ«lu Shalahuddin wa Hakadza 'Ä€dat al-Quds karya Dr. Majid Irsan al-Kilani diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.2 Buku ini menarik, terutama dari sudut pandang kebangkitan sebuah peradaban. Penerjemah buku ini, yang merupakan alumni Universitas Islam Madinah, menceritakan, bahwa dosen pembimbing mereka, Dr. Ghazi bin Ghazi al-Muthairi, adalah yang mengenalkan dan meminta mereka membaca buku ini.

Buku ini menceritakan bagaimana kaum Muslimin mampu bangkit dari keterpurukan selama sekitar 50 tahun. Titik balik Perang Salib terjadi dengan kejatuhan Edessa di tangan Muslim pada 539/1144, di bawah komandan Imam al-Din Zanki, ayah Nur al-Din Zanki. Dua tahun sesudah itu, Zanki wafat, tahun 1146. Ia telah meratakan jalan buat anaknya, Nur al-Din, untuk memimpin perjuangan melawan Pasukan Salib. Pada 544/1149, Nur al-Din meraih kemenangan melawan pasukan Salib dan pada 549/1154 ia sukses menyatukan Syria di bawah kekuasaan Muslim. Nur al-Din digambarkan sebagai sosok yang sangat religius, pahlawan jihad, dan model penguasa sunni. Setelah meninggalnya Nur al-Din pada 569/1174, Shalahuddin al-Ayyubi, keponakan Nur al-Din, memegang kendali kepemimpinan Muslim dalam melawan pasukan Salib. Ia kemudian dikenal sebagai pahlawan Islam yang berhasil membebaskan Jerusalem pada tahun 1187. 3

Tahun 1095 Perang Salib dimulai. Tahun 1099, Jerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib. Meskipun memiliki negara dan pemimpin (khalifah), umat Islam berada dalam kondisi yang sangat terpuruk. Sekitar 88 tahun kemudian tampillah pahlawan Islam terkenal, Shalahuddin al-Ayyubi, yang berhasil membebaskan kembali al-Aqsha dari kekuasaan pasukan Salib, pada tahun 1187. Buku ini memaparkan data-data, bahwa Shalahudin bukanlah pemain tunggal yang "turun dari langit". Tetapi, dia adalah produk sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat. Dua ulama besar yang disebut berjasa besar dalam menyiapkan generasi baru itu adalah Imam al-Ghazali dan Abdul Qadir al-Jilani.

Menurut Dr. Majid Irsan al-Kilani, dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, al-Ghazali lebih menfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang layak menerima kekalahan. Di sinilah, al-Ghazali mencoba mencari faktor dasar kelemahan umat dan berusaha mengatasinya, ketimbang menuding-nuding musuh. Menurut al-Ghazali, masalah yang paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum Muslim yang berkaitan dengan aqidah dan kemasyarakatan, Sejarah Peradaban Islam di Dunia. Al-Ghazali tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer, tetapi yang dia tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlak, dan perubahan diri manusia itu sendiri. Untuk itu, al-Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri dahulu, kemudian baru mengubah orang lain. Kata penulis buku ini:

"Al-Ghazali lebih menfokuskan usahanya untuk membersihkan masyarakat muslim dari berbagai penyakit yang menggerogotinya dari dalam dan pentingnya mempersiapkan kaum Muslim agar mampu mengemban risalah Islam kembali sehingga dakwah Islam merambah seluruh pelosok bumi dan pilar-pilar iman dan kedamaian dapat tegak dengan kokoh." [4]

Melalui kitab-kitab yang ditulisnya setelah merenungkan kondisi umat secara mendalam, al-Ghazali sampai pada kesimpulan bahwa yang harus dibenahi pertama dari umat adalah masalah keilmuan dan keulamaan. Oleh sebab itu, kitabnya yang terkenal dia beri nama Ihya' Ulumuddin. Secara ringkas dapat dipahami, bahwa di masa Perang Salib, kaum Muslim berhasil menggabungkan konsep jihad al-nafs dan jihad melawan musuh dalam bentuk 'qital' dengan baik. Karya-karya al-Ghazali dalam soal jihad menekankan pentingnya mensimultankan berbagai jenis potensi dalam perjuangan umat, baik potensi jiwa, harta, dan juga keilmuan. Adalah menarik, bagaimana dalam situasi perang seperti itu, Imam Ghazali mampu melihat masalah umat secara komprehensif; secara mendasar. Dan melalui Ihya Ulumuddin, al-Ghazali juga menekankan pentingnya masalah ilmu dan akhlak. Ia membuka Kitabnya itu dengan "Kitabul Ilmi" dan sangat menekankan pentingnya aktivitas 'amar ma'ruf nahi munkar'. Aktivitas "amal ma'ruf dan nahi munkar", kata al-Ghazali, adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas 'amar ma'ruf nahi munkar' hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajelela, satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan. [5]


Aktivitas al-Ghazali yang aktif dalam memberikan kritik-kritik keras terhadap berbagai pemikiran yang dinilainya menyesatkan umat, juga menunjukkan kepeduliannya yang tinggi terhadap masalah ilmu dan ulama. Al-Ghazali seperti berpesan kepada umat, ketika itu, bahwa problema umat Islam saat itu tidak begitu saja bisa diselesaikan dari faktor-faktor permukaan saja, seperti masalah politik atau ekonomi. Tetapi, masalah umat perlu diselesaikan dari masalahnya yang sangat mendasar. Tentu, tahap kebangkitan dan pembenahan jiwa ini tidak dapat dilakukan tanpa melalui pemahaman keilmuan yang benar. Ilmu adalah asas dari pemahaman dan keimanan. Ilmu yang benar akan menuntun kepada keimanan yang benar dan juga amal yang benar. Ilmu yang salah akan menuntun pada pehamaman yang salah. Jika pemahaman sudah salah, bagaimana mungkin amal akan benar?

Rasulullah saw bersabda: "Termasuk diantara perkara yang aku khawatirkan atas umatku adalah tergelincirnya orang alim (dalam kesalahan) dan silat lidahnya orang munafik tentang al-Quran." (HR Thabrani dan Ibn Hibban).

Jadi, dalam perjuangan umat, diperlukan pemahaman secara komprehansif terhadap problematika yang dihadapi oleh umat Islam. Ketika itu, umat Islam menghadapi berbagai masalah: politik, keilmuan, moral, sosial, dan sebagainya. Problema itu perlu dianalisis dan didudukkan secara proporsional dan adil. Yang penting ditempatkan pada posisinya, begitu juga yang kurang penting. Di situlah, al-Ghazali menulis kitab Ihya' Ulumuddin, dengan makna "Menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama". Ketika itu, dia seperti melihat, seolah-olah ilmu-ilmu agama sudah mati, sehingga perlu dihidupkan. Dalam Kitabnya, ia sangat menekankan pada aspek niat dan pembagian keilmuan serta penempatannya sesuai dengan proporsinya.

Al-Ghazali dan para ulama ketika itu berusaha keras membenahi cara berpikir ulama dan umat Islam serta menekankan pada pentingnya aspek amal dari ilmu, sehingga jangan menjadi ulama-ulama yang jahat. Sebab, ilmu yang rusak, dan ulama yang jahat, adalah sumber kerusakan bagi Islam dan umatnya. Nabi Muhammad saw memberi amanah kepada para ulama untuk menjaga agama ini. Tentu saja, itu harus mereka lakukan dengan cara menjaga keilmuan Islam dengan baik. Bahkan, Rasulullah saw mengingatkan akan datangnya satu zaman yang penuh dengan fitnah dan banyaknya orang-orang jahil yang memberi fatwa. Sabda Rasulullah saw:

Bahwasanya Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang bodoh itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (HR Muslim).

Sepanjang sejarah Islam, para ulama sejati sangat aktif dalam mempertahankan konsep-konsep dasar Islam, mengembangkan ilmu-ilmu Islam, dan menjaganya dari perusakan yang dilakukan oleh ulama-ulama su', atau ulama jahat. Penyimpangan dalam bidang keilmuan tidak ditolerir sama sekali, dan senantiasa mendapatkan perlawanan yang kuat, secara ilmiah. Karena itulah, kerusakan dalam bidang keilmuan harus mendapatkan perhatian dari umat Islam. Apalagi jika kerusakan ilmu itu terjadi di jajaran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang diharapkan menjadi pusat perkaderan ulama dan pemimpin umat. [6]

Dari hasil kajiannya terhadap gerakan kebangkitan umat di era Perang Salib, Dr. al-Kilani menyimpulkan, bahwa yang pertama kali harus dilakukan adalah perubahan dalam diri manusia itu sendiri. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi yang ada pada satu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka." (QS ar-Ra'd:11). Nabi saw juga menyatakan: "Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu adalah qalb." (HR Muslim). Era kejayaan dan kekuatan sepanjang sejarah Islam tercipta ketika terjadi kombinasi dua unsur, yaitu unsur keikhlasan dalam niat dan kemauan serta unsur ketepatan dalam pemikiran dan perbuatan. [7]

Jika strategi ini direfleksikan dalam perjuangan umat Islam Indonesia, maka sudah saatnya umat Islam Indonesia melakukan introspeksi terhadap kondisi pemikiran dan moralitas internal mereka, terutama para elite dan lembaga-lembaga perjuangannya. Harus dilakukan evaluasi total terhadap kondisi internal umat Islam, khususnya mendiagnosa penyakit yang sangat membahayakan umat dan telah menghancurkan umat terdahulu, yaitu sikap hubbud dunya, fanatisme kelompok, dan kerusakan ilmu. Introspeksi dan koreksi internal ini jauh lebih penting dilakukan dibandingkan meneliti kondisi faktor eksternal, sehingga 'kondisi layak terbelakang dan kalah' (al-qabiliyyah lit-takhalluf wa al-hazimah) bisa dihilangkan. 

Kita bisa melakukan evaluasi internal, apakah para elite dan lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah menerapkan profesionalitas dalam pendidikan mereka?[8] Apakah tradisi ilmu dalam Islam sudah berkembang di kalangan para profesor, dosen-dosen, dan guru-guru bidang keislaman? Apakah konsep ilmu dalam Islam sudah diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam?[9] Apakah para pelajar mencari ilmu untuk mencari dunia atau untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah? Apakah budaya kerja keras dan sikap 'zuhud' terhadap dunia sudah diterapkan para elite umat? Apakah ashabiyah (fanatisme kelompok) masih mewarnai aktivitas umat? Pada tataran keilmuan, bisa diteliti, apakah sudah tersedia buku-buku yang mengajarkan Islam secara benar dan bermutu tinggi pada setiap bidang keilmuan? 

Semua ini membutuhkan kerja yang berkualitas, kerja keras, kesabaran, ketekunan, kerjasama berbagai potensi umat, dan waktu yang panjang. Karena itu, disamping berbicara tentang bagaimana membangun masa depan Indonesia yang ideal, yang penting dilakukan adalah bagaimana membenahi kondisi internal umat Islam dan lembaga-lembaga dakwahnya, agar menjadi sosok-sosok dan lembaga yang bisa diteladani oleh umat manusia.
Sejarah Peradaban Islam di Dunia
Sumber Foto: alfisyahriani/wordpress.com

Jadi, tugas umat Islam bukan hanya menunggu datangnya pemimpin yang akan mengangkat mereka dari keterpurukan. Umat Islam dituntut untuk bekerja keras dalam upaya membangun satu generasi baru yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas 'Salahuddin al-Ayyubi'. Dan ini tidak mungkin terwujud, kecuali jika umat Islam Indonesia – terutama lembaga-lembaga dakwah dan pendidikannya – amat sangat serius untuk membenahi konsep ilmu dan para ulama atau cendekiawannya. Dari sinilah diharapkan lahir satu generasi baru yang tangguh (khaira ummah): berilmu tinggi dan beraklak mulia, yang mampu membawa panji-panji Islam ke seluruh penjuru dunia.

Jika generasi baru itu telah lahir, maka akan lahirlah sebuah peradaban baru, sebagaimana pernah terjadi di masa-masa lalu. Wallahu a'lam. (Depok, 16 November 2007)

[1] S.M. Imamuddin, A Political History of Muslim Spain, (Pakistan: S.M. Shahabuddin,1969), 321-323.

[2] Judul dalam bahasa Indonesia adalah Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib: Refleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina (diterjemahkan oleh Asep Sobari Lc dan Amaluddin, Lc, MA). (Bekasi: Kalam Aulia Mediatama, 2007).

[3]  Lihat juga Carole Hillenbrand, The Crusades: Islamic Perspectives, (Edinburg:Edinburg University Press, Ltd., 1999), 112-131. Hillenbrand mencatat tentang diskursus "the greater jihad" (jihad al-nafs) di masa Perang Salib: "The concept of the spiritual struggle, the greater jihad, was well developed by the time of the Crusade and any discussion of jihad in this period should always take into account the spiritual dimension without which the military struggle, the smaller jihad, is rendered hollow and without foundation." The twelfth-century mystic 'Ammar al-Bidlisi (d. between 590 and 604/1194 and 1207) analyzed the greater jihad, declaring that man's lower soul (nafs) is the greatest enemy to be fought." Abu Shama speaks of Nur al-Din in just these terms: "He conducts a double jihad against enemy and against his own soul." (hal. 161).

[4] Al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, hal. 78-79. Dalam bukunya, al-Kilani mengutip Ibn Katsir dalam Bidayah wal-Nihayah, yang menggambarkan parahnya kondisi umat Islam saat itu. Umat dicekam penyakit ashabiyah (fanatisme mazhab) yang parah, kerusakan pemikiran, dan gaya hidup mewah pada kalangan elite. Gubernur Abu Nashr Ahmad bin Marwan, seorang gubernur ketika itu, mengucurkan anggaran 200.000 dinar dalam setiap acara hiburan yang digelarnya. Tahun 516 Hijriah, saat Menteri Sultan al-Mahmud terbunuh, bertepatan dengan saat istrinya keluar dari rumah dengan diiringi 100 pelayan dan kendaraan-kendaraan terbuat dari emas. Padahal, pada saat yang sama, banyak rakyat yang menderita kelaparan. Ketika pasukan Salib membantai puluhan ribu kaum Muslim, sebagian ulama berusaha menggelorakan semangat jihad kaum Muslim, tetapi gagal. Ada cerita yang menyebutkan, sebagian pengungsi membawa tumpukan tulang manusia, rambut wanita, dan anak-anak, korban kekejaman pasukan Salib, kepada khalifah dan para sultan. Ironisnya, Khalifah justru berkata: "Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih penting. Merpatiku, si Balqa', sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya." (hal. 49-65). 

[5] Allah SWT berfirman, yang artinya: "Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS al-Maidah: 78-79). Jadi, karena tidak melarang tindakan munkar diantara mereka, maka kaum Bani Israel itu dikutuk oleh Allah. Rasulullah saw juga memperingatkan: "Tidaklah dari satu kaum berbuat maksiat, dan diantara mereka ada orang yang mampu untuk melawannya, tetapi dia tidak berbuat itu, melainkan hampir-hampir Allah meratakan mereka dengan azab dari sisi-Nya." (HR Abu Dawud, at-Turmudzi, dan Ibnu Majah). Juga, sabda beliau saw: "Hendaklah kamu menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah akan memberikan kekuasaan atasmu kepada orang-orang jahat diantara kamu, dan kemudian orang-orang yang baik diantara kamu berdoa, lalu tidak dikabulkan doa mereka itu.(HR al-Bazzar dan at-Thabrani).

[6] Uraian lebih jauh tentang al-Ghazali dan Perang Salib, lihat Adian Husaini, Hegemoni Kisten-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jakarta: GIP, 2006), bagian Mukaddimah. Lebih jauh tentang bahaya kerusakan ilmu bisa dilihat, pada Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas: An Exposition of the Original Concept of Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC, 1998).

[7] al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, 6-7. (Sebagai perbandingan, tidak kalah pentingnya jika kita mengkaji kesuksesan penyebaran dakwah Islam di wilayah Nusantara, khususnya di Tanah Jawa. Para juru dakwah adalah para wali atau ulama yang bekerja keras dalam mengubah kondisi masyarakat Indonesia, meskipun rakyat ketika itu dipimpin oleh penguasa non-Muslim. Pada akhirnya, rakyat di wilayah itu sendiri yang melahirkan pemimpin-pemimpin muslim, sehingga berdirilah berbagai kerajaan Islam di wilayah ini. Maulana Malik Ibrahim, misalnya, diperkirakan tiba di Jawa tahun 1399 M. Kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak) baru berdiri tahun 1478 M. Raja Demak pertama, Raden Patah, adalah santri dari Sunan Ampel, yang tak lain adalah putra dari Maulana Malik Irahim. Lihat, Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: al-Maarif, 1981).

[8] Secara umum, kondisi buku-buku Pelajaran Agama di sekolah saat ini masih banyak mengandung kelemahan dan kekeliruan. Sekedar contoh, sebuah buku Pendidikan Agama Islam untuk kelas 2 SMA keluaran sebuah penerbit di Bandung, justru merendahkan prestasi keilmuan para ulama di wilayah Nusantara: "Dapat dikatakan, bahwa ilmu-ilmu Islam yang berkembang pada masa itu, hanyalah ilmu tasawuf dan tarekat, disamping ilmu fiqih dan tauhid sebagai sekedar pelengkap ibadah semata. Para tokoh dan ulama yang muncul pada masa itu juga hanya ulama-ulama tasawuf dan tokoh-tokoh tarekat. Hampir tidak ditemukan nama-nama ulama fiqih, hadits, tafsir, dan yang lainnya, Sejarah Peradaban Islam di Dunia. Di Aceh dan Sumatera misalnya, muncul beberapa ulama nusantara kenamaan, seperti Syaikh Hamzah Fansuri, Syaikh Abdurrauf Singkel, Syaikh Nuruddin ar-Raniri, Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani, Abdusshamad Al-Falimbani yang nota bene semua adalah ulama tasawuf dan tokoh tarekat tertentu. Di Jawa juga muncul beberapa ulama seperti Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Siti Jenar dengan kelompok wali songonya, yang juga dapat dikatakan sebagai tokoh tasawuf dan penganut tarekat tertentu. Begitu juga di Sulawesi dan Kalimantan, terdapat nama-nama besar ulama tasawuf dan tokoh-tokoh tarekat. Misalnya, Syaikh Yusuf al-Makassari, Syaikh Arsyad al-Banjari, dan Syaikh Ahmad Khatib Syambas. Mereka telah belajar cukup lama di kawasan dunia Islam, dan pulang ke tanah air sebagai tokoh tasawuf dan tarekat."

[9] Salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah terjadinya hegemoni konsep keilmuan Barat dalam studi Islam di Perguruan Tinggi. Lebih jauh tentang fenomena ini lihat, Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular Liberal (Jakarta: GIP, 2005) dan Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, (Jakarta: GIP, 2006).